Si Lidah Pedas
GIE adalah judul dari sebuah film yang dibuat oleh sutradara Indonesia yang menceritakan tentang seorang pemuda yang bernama Soe Hok Gie, atau dikenal sebagai Gie. Dia adalah seorang pemuda yang mengambil jurusan sastra di Universitas
Pada saat itu sudah banyak partai politik yang bermunculan di Indonesia dan salah satu dari partai itu adalah PKI atau Partai Komunis Indonesia. Di mana PKI digunakan sebagai garis besar dalam alur cerita GIE. PKI, adalah partai yang dianggap sebagai partai yang berlawanan dengan pemerintahan Indonesia ketika itu. Karena pada saat itu PKI dianggap mencoba untuk mengubah
Isi dari film ini, dapat dibilang menggambarkan bagaimana politik di Indonesia sangat mempengaruhi pemerintahan Indonesia. Bisa dilihat pada Universitas Indonesia ketika itu, mahasiswa yang mengambil bagian ke dalam bidang kepolitikan tidak dapat dihitung dengan jari tangan. Buktinya, pelajar Universitas Indonesia melakukan unjuk rasa, untuk meminta pemerintahan Indonesia membubarkan PKI. Demonstrasi ini terkenal dengan sebutan Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat. Di mana para mahasiswa menuntut tiga hal dari pemerintah, yaitu:
- pembubaran Partai Komunis Indonesia
- Reetoling Kabinet
- Penurunan Harga/Perbaikan Ekonomi
Ini mencerminkan bahwa para pemuda dan pemudi Indonesia sangat peduli dengan politik. Pengaruh dari kepolitikan juga telah mempengaruhi Gie. Sebagai seseorang yang sejak kecil sudah memperlihatkan ketertarikanya dalam sastra, ketika ia telah beranjak dewasa ia menjadi penulis bebas. Sebagai penulis bebas ia mengkritik pemerintahan Indonesia pada masa-masa di mana Orde lama berubah menjadi Orde baru telah dilaksanakan. Ia mengkritik presiden Indonesia pada saat itu yakni Soekarno untuk diturunkan dari jabatanya. Gie juga telah memilih untuk tidak memihak ke satu partai pun, ia memilih untuk mengkritik pemerintahan Indonesia dengan kritikan yang tajam dengan tulisannya yang ia terbitkan di beberapa media massa. Ia menjadi seorang demonstrant dan mengupas hal-hal tentang pemerintahan dengan kritikanya yang tajam. Karena terbitan-terbitan yang ia telah buat tentang kritikan terhadap pemerintahan Indonesia ini, ia cukup terkenal pada era enam puluhan. Juga kemungkinan besar oleh karena kritikan yang telah ditulis oleh Gie, berdampak besar terhadap jatuhnya Soekarno di massa kepemimpinanya. Oleh karena Soekarno turun dari kepemimpinanya Soeharto yang berpangkat Jenderal pada saat itu mengambil ahli jabatanya, dan Soeharto memimpin pemerintahan Indonesia yang berlangsung selama 30 tahun lamanya. Otoritas yang menentukan nasib Indonesia pada masa yang akan datang.
Film ini juga mempunyai makna yang menceritakan kepada para penonton tentang hak asasi manusia yang telah di langgar oleh pemerintahan Indonesia. Di mana dilakukan tindak kekerasan terhadap pendukung Partai Komunis
Selain makna-makna dari film Gie yang dapat kita dapatkan, film ini termasuk salah satu film Indonesia yang mempunyai alur cerita dan setting yang menarik. Di mana lokasi pengambilan gambar dari film tersebut dapat memberi gambaran kota Jakarta pada tahun 1960an beserta gaya kehidupan orang Indonesia ketika tahun 1960 an. Tidak kalah dengan alur cerita dan setting dari film Gie, aktor yang memerankan Gie yaitu Nicholas Saputra dapat memberikan gambaran yang cukup sempurna akan sifat dan gaya pemikiran Gie. Sayangnya kekurangan dari film ini hanyalah dialog yang tertutup oleh backsound yang membuat para penonton tidak dapat mendengar beberapa dialog di beberapa bagian dalam film tersebut.
Dari keseluruhan film ini, hal yang paling penting yang di angkat oleh film ini adalah pelangaran HAM. Hal-hal seperti pembunuhan massal yang terjadi di Indonesia, diskriminasi terhadap ras Tionghoa, dan pembunuhan 6 jendral di Indonesia, merupakan hal-hal yang melanggar HAM yang telah dibuat untuk melindungi orang yang tidak bersalah. Juga HAM telah dibuat agar tidak ada hal seperti pembunuhan yang keji dan tidak manusiawi terjadi lagi di dunia ini. Akan tetapi oleh karena faktor-faktor tertentu yang sebagai manusia tidak dapat kita hindari, seperti keegoisan, kebencian, dan keinginan untuk mementingkan diri sendiri, peraturan yang terdapat dalam HAM dapat dengan mudah dilanggar. Apalagi bila seseorang mempunyai kesempatan untuk menguasai satu negara yang bisa memberikan keuntungan yang tak terhingga kepada orang itu. Hanya karena memilih pemimpin yang salah, rakyat pun menderita dan melarat untuk mendapatkan makanan yang mengakibatkan negara ini sengasara demi kepentingan pemimpinya.